Quantcast
Channel: Review – Japanese Station
Viewing all 41 articles
Browse latest View live

[REVIEW] Live-Action Fullmetal Alchemist, Sebuah Transmutasi Gagal Salah Satu Anime Paling Ikonik

$
0
0
[REVIEW] Live-Action Fullmetal Alchemist, Sebuah Transmutasi Gagal Salah Satu Anime Paling Ikonik

Live-action Fullmetal Alchemist mungkin adalah salah satu film live-action yang paling diantisipasi oleh para penggemar anime pada tahun 2017. Film live-action yang diadaptasi dari manga populer karya Hiromu Arakawa ini dibintangi oleh bintang-bintang ternama seperti Ryosuke Yamada, Tsubasa Honda, Dean Fujioka, dan lain-lain ini diputar di bioskop-bioskop Jepang pada1 Desember 2017, dan baru ditayangkan untuk penonton internasional mulai 19 Februari 2018 lalu, melalui situs streaming Netflix.

Fullmetal Alchemist sendiri mengisahkan tentang dua bersaudara Edward dan Alphonse Elric, yang bertualang untuk menemukan cara mengembalikan anggota tubuh mereka yang hilang saat mencoba melakukan transmutasi manusia untuk menghidupkan lagi ibu mereka yang telah tiada. Philosopher’s Stone, batu kecil berwarna merah yang dikatakan menyimpan kekuatan alkimia yang luar biasa adalah salah satu motif yang banyak muncul dalam petualangan mereka. Dalam petualangannya, mereka juga bertemu banyak rekan, seperti Winry Rockbell, sahabat mereka sejak kecil, Kolonel Roy Mustang, Maes Hughes, Riza Hawkeye yang anggota militer, dan musuh-musuh mulai dari manusia biasa semacam Bapa Cornello, hingga makhluk supernatural semacam homunculi Lust, Envy, dan Gluttony.

Cerita dalam film live-action ini dibuat dengan berdasarkan manga dan anime aslinya, dengan penyesuaian di sana-sini untuk memungkinkan kisah berpuluh-puluh chapter manga ini dimampatkan menjadi film berdurasi “hanya” hampir dua setengah jam. Hal ini mungkin akan berakibat kepada bingungnya penonton yang tidak mengikuti serial ini sama sekali, Sementara itu, para penggemar Fullmetal Alchemist mungkin akan merasa bahwa alur ceritanya menggantung, karena berakhir pada titik yang, dalam manga dan animenya, masih cukup jauh dari akhir kisah petualangan kakak beradik ini.

Karakter dalam live-action ini juga boleh dibilang kurang baik. Contohnya adalah tokoh Roy Mustang, yang diperankan Dean Fujioka, yang dalam film ini kelewat kaku dan serius, sementara tokoh Roy Mustang dalam anime dan manga, biarpun kaku, masih memiliki beberapa poin yang memperlihatkan sisi lain dirinya, dan bahan masih bisa (sesekali) menjadi comic relief.

 

The post [REVIEW] Live-Action Fullmetal Alchemist, Sebuah Transmutasi Gagal Salah Satu Anime Paling Ikonik appeared first on Japanese Station.


5 Adegan Ciuman Paling Romantis Dalam Film Dan Drama Jepang

$
0
0
5 Adegan Ciuman Paling Romantis Dalam Film Dan Drama Jepang

Jika menonton film maupun serial drama Jepang, adegan ciuman sudah jadi satu hal yang lumrah dan sering kali ditampilkan untuk menambah perasaan maupun emosi para penonton. Adegan ini juga jadi yang paling ditunggu-tunggu, mulai dari cium bagian wajah, seperti pipi, mata kening, hingga bibir. Menurut Japanese Station, 5 adegan ciuman dalam serial drama dan juga film Jepang ini merupakan ciuman yang paling romatis. Penasaran? Yuk lihat beberapa potongan adegannya di bawah ini.

1. Tomoya Nagase & Riho Yoshioka (Gomen, Aishiteru)

Gomen, Aishiteru merupakan serial drama yang dibintangi oleh Riho Yoshioka. Tomoya Nagase, serta Kentaro Sakaguchi. Drama ini di remake dari drama Korea berjudul Sorry, I Love You yang tayang pada tahun 2004 silam, tak berbeda jauh dari aslinya, drama ini berakhir menyedihkan mengingat salah satu pemeran utamanya, Ritsu meninggal dunia setelah di vonis oleh Dokter akibat peluru yang bersarang di kepala. Sebelum meninggal, aktris cantik Riho Yoshioka yang berperan sebagai Rinka sempat mencium Ritsu dan menyatakan cintanya di tengah hujan.

2. Yudai Chiba & Tao Tsuciya (Ani ni Aisaresugite Komattemasu)

Dalam serial drama Ani ni Aisaresugite Komattemasu, aktris Tao Tsuciya jadi gadis SMA yang diperebutkan oleh ketiga pemeran utama pria, Ryota Katayose, Yudai Chiba, dan Takuya Kusakawa. Meski Ryota berperan sebagai kakak angkat dari Tao , namun justru Yudai lah yang pertama kali berhasil mencium Tao.

3. Jun Matsumoto & Ueno Juri (Hidamari no Kanojo)

Kembali bertemu ketika kedua perusahaan tempat mereka berkerja menjali kerja sama, membuat Ueno Juri yang berperan Mao Watarai berani mencium pria yang sangat ia cintai, Kosuke Okuda (Jun Matsumoto). Keduanya sempat tinggal bersama, namun cerita drama ini justru berakhir menyedihkan dengan mengilangnya Mao.

4. Yuta Tamamori & Mariya Nishuichi (Rein Tsuri no Kuni)

Berawal dari e-mail, Yuta yang berperan sebagai Nobuyuki akhirnya dapat bertemu dengan sang penulis novel Fairy Game, Rika Hitomi yang diperankan oleh Nishuichi. Meski sempat diawali pertengakaran, akhir film ini berakhir bahagia, ditutup dengan ciuman dari Rika setelah Nisuchi menyakatakan perasaan sukanya kepada Nobu di depan cahaya lampu, pokoknya romantis banget.

5. Haruna Kawaguchi  & Sota Fukushi (Sukitte Ii Nayo)

Bercerita tentang kisah percintaan anak SMA, film berjudul Sukitte Ii Nayo yang tayang pada tahun 2014 silam ini dibintangi oleh dua bintang muda Haruna Kawaguchi dan Sota Fukushi. Mereka berdua saling suka, dan sempat mengalami berbagai hambatan, namun film ini berakhir romantis setelah keduanya saling berciuman dengan mengatakan suki.

The post 5 Adegan Ciuman Paling Romantis Dalam Film Dan Drama Jepang appeared first on Japanese Station.

5 Foto Selebriti Jepang Saat Masih Kecil Ini Bikin Siapapun Gemas

$
0
0
5 Foto Selebriti Jepang Saat Masih Kecil Ini Bikin Siapapun Gemas

Beberapa dari kalian mungkin sudah tidak asing lagi dengan nama-nama selebriti Jepang seperti, Kanna Hashimoto, Yumi Adachi hingga aktor Jun Matsumoto. Mereka berhasil memukau penggemar dengan bakat serta keelokan parasnya, dan mungkin banyak dari kita juga penasaran, seperti apa sih penampilan mereka ketika masih kecil? Berikut ini adalah deretan foto-foto selebriti Jepang ketika masih belia, Kamu pasti gemas melihatnya.

1. Kanna Hashimoto
Kanna Hashimoto
Twitter/rosepufft

Kecantikan mantan anggota idol group Rev.From DVL sempat membuat heboh jagat maya setelah foto – fotonya tampil di atas panggung tersebar di dunia maya, sehingga dijuluki sebagai idol yang hanya muncul satu kali dalam waktu 1000 tahun. Memiliki paras yang menggemaskan membuat gadis berusia 19 tahun asal Hakata tersebut kini banyak tampil dalam film maupun drama Jepang, dan disukai banyak orang. Parasnya yang lucu itu pun ternyata sudah terlihat saat dririnya masih belia.

2 Yumi Adachi
officialljyd.com

Belum lama ini, aktris Yumi Adachi menjadi salah satu pemeran dalam serial drama Repeat, dan juga Princess Jellyfish. Sebelumnya, aktris yang kini telah menginjak usia 36 tahun itu sudah dikenal sejak perannya dalam serial drama Ie Na Kiko, di Indonesia dikenal dengan judul Rindu – Rindu Aizawa. Saat membintangi serial drama tersebut, ia masih belasan tahun, dan penampilannya pun menuai banyak pujian.

3. Jun Matsumoto
Twitter/eri_21_

Salah satu pemeran utama film Narratage, Jun Matsumoto dikenal memiliki banyak penggemar fanatik wanita, ternyata wajah ganteng dan menggemaskan yang ia miliki itu telah terlihat saat masih anak-anak.

4. Mana Ashida
sido01.com

Dikenal sebagai anak perempuan kesayangan JepangMana Ashida merupakan aktris cantik dari Nishinomiya, Prefektur Hyogo yang kini telah menginjak usia remaja. Kepopulerannya sekarang tak lepas dari perannya sebagai anak perempuan menggemaskan ketika dia membintangi drama televisi populer Mother di tahun 2010 sebagai Reina Michiki.

5. Riko Yoshida (Ai Yoshikawa)
suruga-ya.jp

Nama aktris Ai Yoshikawa kembali muncul dalam dunia perfilman Jepang setelah ia bermain dalam serial drama berjudul My Lover Secret bersama dengan Haruna Kawagachi. Paras cantik serta imutnya tidak berubah sejak ia membintangi drama Oh! My Girl!! di tahun 2008 dengan nama panggung Riko Yoshida.

The post 5 Foto Selebriti Jepang Saat Masih Kecil Ini Bikin Siapapun Gemas appeared first on Japanese Station.

[REVIEW] Alive, Album Baru Do As Infinity Yang Tidak Begitu Terdengar Hidup

$
0
0

Sekitar 6 bulan yang lalu, Indonesia termasuk salah satu negara yang beruntung karena kedatangan band J-Pop legendaris yang sudah terbentuk sejak tahun 1999, Do As Infinity (DAI). Nama Do As Infinity meroket berkat single ke-10 mereka tahun 2001 yang berjudul Fukai Mori yang juga menjadi lagu penutup kedua serial anime populer pada waktu itu, Inuyasha. Grup band yang dibentuk oleh Dai Nagao saat ini beranggotakan dua orang, Tomiko Van (Vokal) dan Ryo Owatari (Gitar). Dalam 19 tahun perjalanannya, pada tahun 2005 grup band ini sempat bubar dan terbentuk kembali pada tahun 2008. Sebelumnya, DAI telah merilis 11 album, tidak termasuk album kompilasi dan album live.

8947d30e-9913-4120-9615-2e58faa92f5a.jpg

Pada tanggal 28 Februari 2018, grup band ini merilis album ke-12 mereka yang berjudul Alive, 3 tahun setelah album Brand New Days. Setelah terbentuk kembali, grup band ini bisa dibilang cukup produktif dalam merilis album dan cukup aktif dalam melakukan tur. Di album terbarunya ini, DAI bekerja sama dengan produser berbakat Hiroyuki Sawano yang terkenal dengan beberapa karyanya di berbagai judul anime dan film.

80b4a48136d490681c68b2db92593f7380c72f39.jpeg

Secara keseluruhan, album Alive memberikan warna baru dan segar pada musik DAI yang bisa dibilang sudah cukup usang untuk bersaing dengan musik yang disajikan saat ini. Hiroyuki Sawano banyak memberikan warna musik digital dan elektronik pada album ini. Namun, highlight album ini hanya berpusat pada satu lagu yang berjudul sama dengan albumnya, Alive. Hampir seluruh lagu pada album ini bernuansa mirip dengan single tersebut dengan pengecualian 2 lagu ballad yang menawan yaitu Hi no Tori dan Yuiitsu no Shinjitsu. Sebenarnya bukan hal yang buruk untuk merilis album dengan tema yang konsisten, jika saja DAI tidak merilis 3 single sebelum album ini yang seluruh lagunya masuk ke dalam album tersebut. Dengan total 6 lagu yang sudah dirilis sebelumnya, praktis album ini hanya menyajikan 4 lagu baru termasuk ~ prologue ~ dan ~ epilogue ~ yang  walaupun hanya sekedar intro dan outro, namun disajikan dengan sangat baikDengan demikian, fans yang setia mengikuti seluruh rilisan DAI tidak mendapatkan hal yang baru pada album ini. Namun, apabila kita beranggapan 3 single tersebut tidak dirilis sebelumnya, album ini akan lebih baik diterima oleh para pendengarnya dan bukan hanya sekedar rangkuman dari karya Do As Infinity setengah tahun terakhir.

DXFZYWLU8AAUQ7G.jpg_large.jpeg

Tracklist album Alive:

  1. ~ prologue ~
  2. Alive
  3. GET OVER IT
  4. Hi no Tori
  5. To Know You
  6. Iron Hornet
  7. Silver Moon
  8. Kenshin no Jyuu
  9. Yuiitsu no Shinjitsu
  10. ~ epilogue ~

(featured images: Do As Infinity Official Website,  UtaTen,  mu-mo station, Do As Infinity Official Twitter)

The post [REVIEW] Alive, Album Baru Do As Infinity Yang Tidak Begitu Terdengar Hidup appeared first on Japanese Station.

Ini Lagu-Lagu Bertema Musim Semi Yang Pernah Dirilis Oleh AKB48

$
0
0
Ini Lagu-Lagu Bertema Musim Semi Yang Pernah Dirilis Oleh AKB48

Bagi para penggemar musik Jepang, mendengar nama idol group AKB48 pastinya sudah bukan hal asing lagi. Grup yang berisikan gadis-gadis muda ini diproduseri oleh Yasushi Akimoto, dan telah berusia lebih dari satu dekade sejak pada tahun 2005 silam. Namun jika kalian cermati dengan seksama, ada dua hal yang paling mencolok dari single AKB48, mereka kerap merilis lagu bertema musim semi yang biasanya bercerita kelulusan atau bunga sakura dan juga merilis single bertema musim panas (summer) untuk menyambut musim panas di Jepang.

Jika sebelumnya Japanese Station telah merangkum deretan lagu bertema musim panas, maka kali ini kami juga akan merangkum daftar single AKB48 yang bertema musim semi. Single yang biasa dibuat oleh AKB48 untuk menyambut musim semi biasanya dirilis pada bulan Februari atau Maret dengan menampilkan aksi para gadis mengenakan seragam sekolah atau pun menampilkan keindahan bunga sakura. Ya, kedua hal ini memang tak bisa dilepaskan dari musim semi, bunga sakura biasanya bermekaran sekitar akhir Maret sampai awal April, di mana waktu tersebut bertepatan dengan upacara kelulusan dan masuk sekolah di seluruh Jepang.

Berikut ini adalah deretan single atau lagu AKB48 bertema musim semi dari masa ke masa.

Sakura no Hanabiratachi
stage48.net
10 Nen Zakura
stage48.net
Sakura no Shiori
stage48.net
Sakura no Ki ni Narou
stage48.net
Give me Five
Give Me Five
So Long
stage48.net
Mae Shika Mukanee

Sayangnya, kebiasaan AKB48 merilis single bertema musim semi pun berakhir pada tahun 2014 silam, sejak tahun 2015 single yang dirilis pada bulan bulan Februari atau Maret merupakan single pada umumnya, tak terkesan menggambarkan musim semi ataupun keindahan bunga sakura.

The post Ini Lagu-Lagu Bertema Musim Semi Yang Pernah Dirilis Oleh AKB48 appeared first on Japanese Station.

Ini Dia Persamaan Dan Perbedaan Wota Dan Fans K-Pop Di Indonesia

$
0
0
Ini Persamaan Dan Perberdaan Wota Dan Fans K-Pop Di Indonesia

Belakangan ini, dua fandom besar di Indonesia, Wota dan Fans K-Pop kembali kerap berselisih paham di dunia maya, kemunculan girl group TWICE yang sukses di Jepang, hingga salah seorang anggota AKB48 yang menyinggung masyarakat negeri gingseng menjadi beberapa faktor penyebabnya. Wota sendiri merupakan istilah yang dipakai untuk menyebut para penggemar dari idol group asal negeri sakura, sementara istilah fans K-pop sendiri dipakai untuk orang-orang yang menyukai musik pop dari Korea Selatan.

Keduanya dikenal memiliki basis penggemar yang sangat besar di Indonesia, dan dicap sebagai penggemar yang sangat fanatik. Namun, mereka juga memiliki perbedaan dan persamaan yang terlihat menonjol di antara wota dan fans k-pop.

1. Mayoritas Wota Itu Cowok, Fans K-Pop Justru Sebaliknya

Wota sendiri didominasi oleh para pria, karena di negara asalnya Jepang, idol group wanita memang lebih populer di Indonesia, seperti 48Group, Sakamichi Series hingga Hello! Project dan lain-lain, ketimbang grup pria dari Johnny’s Etertainment. Sebaliknya, meskipun banyak girl group maupun boy group kenamaan asal Korea yang populer di Indonesia, namun hanya wanita lah yang berani muncul dan mengakui dirinya seorang penggemar, sementara para Fans K-Pop pria lebih memilih tidak menunjukan batang hidungnya.

2. Wota Menyebut Idol Favoritnya Sebagai Oshimen, Sedangkan Fans K-Pop, Bias

Kedua istilah ini sudah santer terdengar, yang membedakannya adalah, wota menyebut idolanya degan sebutan oshimen, yang sebenarnya memiliki arti sama dengan bias, yang biasa disebut oleh para fans K-Pop untuk menyebut anggota favoritnya.

3. Fans K-Pop Lebih Susah Diatur
Koreaboo.com

Percaya atau tidak, meski didominasi oleh para wanita, para penggemar K-Pop di Indonesia terkenal lebih beringas dan susah diatur. Insiden yang terjadi belum lama menimpa Taeyeon dan Hyoyeon di bandara Soekarno Hatta menjadi soroton dunia Internasional. Kudua anggota grup SNSD ini mendapatkan peperlakuan yang kurang mengenakan ketika baru mendarat di Jakarta. Hal ini berbeda dengan saat Indonesia kedatangan idol group sekelas AKB48, wota yang hadir di bandara justru terlihat lebih tertib dan bisa di atur dengan berbagai poster yang bersisi kata-kata sambutan.

4. Kalau Ketemu Idolanya, Wota Akan Sok Jual Mahal
Foto Pribadi

Wota memang dikenal sebagai penggemar yang fanatatik, mereka akan mendukung idolanya habis-habisann ketika tampil di atas panggung, namun lain halnya jika mereka bertemu di jalan. Mereka justru lebih memilih untuk pura-pura tidak kenal atau paling tidak hanya memberikan senyuman, berbeda dengan para fans K-Pop bukan?

5. Mereka Tidak Akur Di Dunia Maya
Yuki Kashiwagi’s Twitter

Fanwar yang diantara kedua basis penggemar ini sudah sering kali terjadi, saling ejek-mengejek jadi faktor utama mengapa keduanya tidak pernah akur di dunia maya. Meski begitu mereka juga punya beberapa kesamaan loh! Persamaannya apa saja? Yuk lihat di halaman selanjutnya!

The post Ini Dia Persamaan Dan Perbedaan Wota Dan Fans K-Pop Di Indonesia appeared first on Japanese Station.

5 Ending Film Dan Serial Drama Jepang Yang Berakhir Mengejutkan

$
0
0
5 Ending Film Dan Serial Drama Jepang Yang Berakhir Mengejutkan

Berbeda dari kebanyakan film dan serial drama Jepang yang ceritanya kerap kali berakhir gantung dan tak jelas, kelima judul di bawah ini justru memiliki akhir yang tak terduga loh. Apa saja film dan serial dramanya? Yuk simak sama-sama daftarnya di bawah ini!

1. ReLIFE

Tayang di Jepang sejak bulan April 2017 lalu, film live-action yang diangkat dari serial manga ReLIFE karya Yo Yayoi ini memiliki jalan cerita yang sangat unik. Di mana dua karakter utama yang dimainkan oleh Taishi Nakagawa (Arata) dan Yuna Taira (Chizuru) jadi subjek percobaan ReLIFE, dan kembali menjadi siswa SMA kelas 3. Seiring berjalannya waktu mereka pun semakin dekat, begitupula dengan tiga orang siswa lainnya, tapi Arata Chizuru tidak dapat membocorkan rahasia jika keduanya merupakan objek penelitian kepada siapapun.

Tahu jika Arata dan Chizuru tidak akan saling mengingat setelah penelitian tersebut selesai membuat pembimbing mereka, Yaoke juga berusaha juga berusaha untuk mempertemukan keduanya di dunia yang sebenarnya, namun usaha tersebut sia-sia. Akhir cerita film live-action justru mengejutkan dan sedikit berbeda dengan manga serta anime-nya, karena Arata dan Chizuru dipertemukan kembali ketika sudah menjadi guru SMA, meski keduanya tidak saling ingat.

2. Aishite tatte, Himitsu wa Aru

Dilihat dari judulnya saja, sudah terlihat jika serial drama yang dibintangi oleh Sota Fukushi (sebagai Rei) dan Haruna Kawaguchi (sebagai Sawa) ini menyimpan banyak sekali rahasia yang terungkap di akhir cerita. Rei yang telah menyimpan rahasia besar demi untuk menjaga hubungan dengan tunangannya, Sawa pada akhirnya juga tidak dapat menikahinya. Ia dipenjara akibat perbuatannya yang telah membunuh sang ayah di masa lalunya.

3. Ani ni Aisaresugite Komattemasu

Setoka Tachibana (diperankan oleh Tao Tsuchiya), siswi SMA cantik yang jadi rebutan tiga pemeran pria, Yudai Chiba (sebagai Haruka), Takuya Kusakawa (sebagai Chiaki), termasuk sang kakak, Haruka Tachibana yang diperankan oleh Ryota Katayose ini berakhir tak kalah mengejutkan. Di mana pada akhir serial dramanya terungkap jika Setoka merupakan adik tiri dari Haruka. Sang Kakak yang menyadari hal tersebut terlebih dahulu, Setoka kemudian meninggalkan Takane Serikawa dan memilih sang kakak, hingga eduany pun meminta restu kepada orang tua mereka.

Ani ni Ai Saresugite Komattemasu sendiri diangkat dari manga berjudul sama karya Rina Yagami, dan dibuat menjadi serial drama yang terdiri dari 5 episode, serta dilanjutkan dengan sebuah film yang ditayangkan di Jepang mulai tanggal 30 Juni 2017 lalu.

4. Hidamari no Kanojo

Cerita dalam film Hidamari no Kanojo sendiri sedikit membingungkan di awal, di mana kedua pemeran utamanya kembali bertemu sejak 10 tahun berpisah. Mao yang sebelumnya menyukai Kosuke pun senang bisa bertemu kembali, dan kemudian mereka menjalani kehidupan bersama, namun dalam waktu yang sangat singkat. Di akhir cerita terungkap jika aktris cantik Juri Ueno yang berperan sebagai Mao Watarai merupakan sosok kucing yang dahulu pernah ditolong Kosuke Okuda (diperankan oleh Jun Matsumoto),  dan keduanya pun harus berpisah.

5. Kimi to 100 Kaime no Koi

Film Kimi to 100 Kaime no Koi berakhir menyedihkan, di mana sebanyak apapun Riku Hasegawa (Kentaro Sakaguchi) mencoba memutar kembali waktu, Ia tidak dapat mengubah takdir sahabatnya, Aoi Hinata yang mengalami kecelakaan setelah tampil bersama.

The post 5 Ending Film Dan Serial Drama Jepang Yang Berakhir Mengejutkan appeared first on Japanese Station.

5 Kelakuan Wota Jepang Yang Bakal Bikin Kamu Geleng-Geleng Kepala

$
0
0
5 Kelakuan Wota Jepang Yang Bakal Bikin Kamu Geleng-Geleng Kepala

Penggemar idol group dari Jepang atau yang lebih dikenal dengan sebutan wota memang sudah dikenal sebagai orang-orang yang fanatik, namun juga kreatif. Tentunya masih segar di ingatan kalian bagaimana lagu berjudul Tottoko no Uta yang dijadikan sebagai opening song untuk serial anime Hamtaro kembali populer di negara asalnya setelah banyak wota, memberikan chant mix untuk lagu yang anime-nya telah tayang sejak awal tahun 2000 silam tersebut.

Tapi ternyata itu bukanlah satu-satunya hal unik dan juga fanatik yang dilakukan oleh para wota. Di bawah ini adalah beberapa hal yang mungkin akan membuat Kamu geleng-geleng kepala ketika melihat kelakuan wota dan aksi-aksi mereka saat mendukung idolanya.

Mendandani Kendaraannya Dengan Foto Bergambar Idol Favorit
akbzine.com

Istilah itasha mungkin sudah tidak asing lagi buat Kamu, tapi kalau biasanya mobil itasha itu berhiaskan gambar dari karaktaer gadis-gadis dalam anime maupun manga, lain halnya dengan itasha milik para wota yang dibalut dengan foto dari para anggota idol group ternama.

Seluruh Tubuhnya Dipenuhi Pernak-Pernik Idol
akbzine.com

Salah seorang wota AKB48 pernah terlihat tampil dengan tubuh yang dipenuhi dengan barang-barang bergambar idol favoritnya di tempa umum. Ia terlihat tengah mengantri, namun sosok pria tersebut sangat mencolok dan berbeda dengan para wota lainnya.

Menaiki Punggung Rekannya

Kalau Kamu menonton idol group yang tampil di luar ruangan, terutama grup yang memang belum terlalu dikenal, melihat aksi para wota naik di atas punggung rekannya bukanlah satu hal yang aneh. Tapi ketika pertama kali melihatnya mungkin secara spontan Kamu akan dibuat gelang-gelang kepala dengan kelakuan wota Jepang.

Membuat Lingkaran Yang Besar

Kreatifitas dan kekompankan para wota memang tak perlu diragukanlagi, terbukti dari aksi mereka saat berlari serta membuat lingkaran yang sangat besar ketika menonton grup favoritnya. Rasanya hal seperti ini hanya dapat dilihat ketika Kamu menonton idol group tampil di Jepang saja.

Ikut Menari Bersama Idolanya

Meskipun mayoritas wota adalah pria, namun kebanyakan dari mereka juga hapal dengan gerakan-gerakan tarian yang dibawakan oleh anggota idol group, tak ayal jika kemudian banyak dari mereka yang ikut-ikutan menari ketika para idol tampil di atas panggung.

 

(Featured Image : terada-tax.com)

The post 5 Kelakuan Wota Jepang Yang Bakal Bikin Kamu Geleng-Geleng Kepala appeared first on Japanese Station.


Ini Deretan Kakak Beradik Yang Sama-Sama Terjun Di Dunia Entertainment

$
0
0
Ini Deretan Kakak Beradik Yang Sama-Sama Terjun Di Dunia Entertainment

Saat ini, tak sedikit pria dan wanita yang memiliki impian untuk bisa terjun ke dunia entertainment, entah itu sebagai aktor, aktris, model, penyanyi ataupun ingin menjadi seorang idol terkenal. Tak sedikit pula yang menginginkan profesi tersebut karena faktor salah satu anggota keluarga mereka yang sudah terlebih dahulu dikenal oleh banyak orang sebagai seorang selebriti, selain juga penghasilan yang besar.

Terlepas dari bakat mereka yang luar biasa, paras serta penampilan yang mendukung, memiliki keluarga yang telah sukses lebih dahulu di dunia hiburan, membuat mereka lebih cepat dikenal. Beberapa selebriti Jepang juga memiliki saudara kandung yang sama-sama mengejar imipian di dunia entertainment, dan diantaranya adalah berikut ini :

Alice dan Suzu Hirose
mdpr.jp

Menyusul jejak sang kakak, Alice Hirose yang telah telah terlebih dahulu terjun ke dunia hiburan sebagai seorang aktris. Kini nama Suzu Hirose pun telah sukses di dunia akting sebagai salah satu jajaran aktris muda yang tercatat membintangi banyak film dan juga serial drama.

Kiko dan Yuka Mizuhara
Yuka Mizuhara’s Instagram

Yuka Mizuhara, adik dari model sekaligus aktris ternama Kiko Mizuhara memulai karirnya di dunia model sama seperti kakaknya. Tapi tampaknya Yuka harus bekerja lebih keras lagi agar bisa lebih sukses dari Kiko, yang juga telah menjadi aktris.

Shota dan Ryuhei Matsuda
Shota Matsuda dan Ryuhei Matsuda

Memiliki bakat serta paras yang sama-sama tampan, Shota Matsuda dan Ryuhei Matsuda jadi dua aktor yang sangat dikenal dan memiliki banyak penggemar. Mereka telah menghiasi layar kaca hingga layar lebar selama lebih dari satu dekade terakhir, dan Ryuhei bahkan menjadi bintang film sejak awal tahun 2000-an. Bakat keduanya tak lepas dari kedua orang tua mereka yang juga merupakan aktor dan aktris senior Jepang.

Kei dan Rei Jonishi
web-zine.net

Tak lama setelah bergabung sebagai anggota generasi kelima idol group NMB48, sang kakak, Kei Jonishi justru memilih untuk lulus dari grup setelah bergabung kurang lebih selama tujuh tahun. Meski begitu, Keicchi sendiri masih tetap terjun di dunia hiburan Jepang, dan Rei Jonishi kini menjadi seorang idol menggantikan kakaknya.

Mariya dan Hiromi Nishiuchi
mdpr.jp

Mariya Nishiuchi baru-baru ini membantah rumor pensiun, dan kakak beradik ini masih akan tetap berada di dunia hiburan. Tapi, meskipun terjun di dunia yang sama, namun keduanya justru menggeluti bidang yang berbeda, di mana Mariya dikenal sebagai penyanyi solo dan juga aktris, sementara sang kakak, Hiromi Nishiuchi adalah model.

Eita dan Kento Nagayama
tokyohive.com

Kemampuan akting dari aktor berusia 35 tahun, Eita Nagayama yang memukau memang tak perlu diragukan lagi, terbukti dengan suksesnya drama dan film yang ia bintangi. Begitu pula dengan adiknya, Kento Nagayama yang juga telah terjun di dunia seni peran beberapa tahun setelahnya.

Yuna, Airi dan Keisho Taira
oricon.co.jp

Masih ingat dengan sosok aktris pemeran film live-action Relife yang tayang pada tahun 2017 lalu? Gadis cantik pemilik nama Yuna Taira ini ternyata merupakan adik dari aktris sekaligus pembawa acara telivisi terkenal, Airi Taira dan juga aktor Keisho Taira yang lebih dahulu terjun di dunia entertainment.

Yuma Nakayama, Nana Yamada dan Suzu Yamada
matome.naver.jp

Suzu Yamada, adik termuda dari tiga kakak beradik ini bergabung dengan idol group NMB48 pada tahun 2016. Ia mengikuti jejak dua kakanya, Yuma Nakayama yang aktif sebagai penyanyi sekaligus aktor dari agensi Johnny’s Entertainment, dan Nana Yamada yang telah memutuskan lulus dari NMB48, namun masih tetap aktif di dunia hiburan.

Ryusei, Shuuka, dan Karen Fujii
matome.naver.jp

Sama halnya seperti keluarga Nana Yamada, tiga bersaudara dari keluarga Fujii ini juga sukses menjadi idol, di mana Ryusei Fujii menjadi anggota grup Johnny’s WEST, sementara kedua adik perempuannya telah lebih dahulu menjadi anggota idol group E-Girls. Tapi sayang Shuuka Fujii memutuskan lulus dari E-Girls dan berhenti dari dunia hiburan pada tahun 2017 lalu, duet ShuuKaRen (Shuuka Fuji & Karen Fuuji) pun kini tak lagi dapat disaksikan oleh para penggemar E-girls.

The post Ini Deretan Kakak Beradik Yang Sama-Sama Terjun Di Dunia Entertainment appeared first on Japanese Station.

Ini 5 Idol Cantik Yang Terjun Jadi Model Majalah Fashion Jepang

$
0
0
Ini 5 Idol Cantik Yang Terjun Jadi Model Majalah Fashion Jepang

Jepang dikenal memiliki banyak idol group, dari yang terkenal di penjuru dunia hingga idol group underground, dan tampil di atas panggung sebagai seorang idol tentunya jadi salah satu impian yang diinginkan oleh beberapa remaja di negara tersebut. Pekerjaan idol sendiri pada dasarnya adalah untuk bernyanyi, menari dan berbicara, serta memberi semangat kepada penggemarnya, tapi, perkembangan idol yang sangat cepat membuat mereka harus memiliki image unik agar mampu bersaing, sebagian diantaranya bahkan memilih untuk melebarkan sayapnya.

Salah satunya adalah dengan terjun ke dunia model, di mana 5 idol di bawah ini sekarang juga aktif sebagai model majalah fashion ternama, dan hal itu membuat mereka selangkah lebih maju, namun tetap aktif sebagai seorang idol.

Asuka Saito – Nogizaka46 (sweet)
Gooume-jp.com

Asuka Saito memulai kariernya di dunia model pada tahun 2015 silam bersama dengan majalah remaja CUTiE, sebelum akhirnya di tahun yang sama Ia pindah ke majalah fashion Sweet, sebuah majalah yang ditujukan untuk wanita usia akhir 20-an, hingga sekarang. Meski masih remaja dan jadi anggota termuda di generasi pertama idol group Nogizaka46, namun perlahan-lahan Ia menghilangkan imege kekanak-kanakannya dan muncul sebagai seorang gadis muda yang mulai matang.

Akari Yoshida – NMB48 (Ray)
jshowbiz.com

Pada bulan Januari lalu, salah seorang anggota idol group NMB48, Akari Yoshida melakukan tanda tangan kontrak dan bergabung dengan majalah fashion Ray sebagai model eksklusif baru mereka. Hal ini menjadikan dara cantik berusia 21 tahun tersebut tak hanya dikenal sebagai idol dan YouTuber populer saja, tapi juga memperkenalkan sisi berkelas dan dewasa yang belum pernah terlihat sebelumnya sebagai model. Dengan lebih dari 400.000 followers di akun Instagram dan pernah merilis 2 photobook tentang kecantikan, Akari merupakan seorang model majalah fashion yang harus diperhitungkan.

Nanase Nishino – Nogizaka46 (Non-no)
tokyohive.com

Idol yang terjun sebagai model majalah fashion ternama lainnya dari idol group Nogizaka46 generasi pertama adalah Nanase Nishino. Gadis kelahiran prefekture Osaka ini sering dipuji karena memiliki image yang menawan, dewasa, dan membuat laki-laki bahkan juga perempuan jatuh cinta, dengan melihat penampilannya yang muncul di edisi majalah Non-no setiap bulannya.

Mai Shiraishi Nogizaka46 (Ray/LARME)
onehallyu.com

Mai Shiraishi, gadis multi talenta dari grup Nogizaka46 ini tak hanya dikenal sebagai idol, namun Ia juga terjun di dunia akting dengan berperan dalam serial drama, salah satunya adalah Yareta Kamo Iinkai bersama dengan Takayuki Yamada dan Jiro Sato. Maiyan bahkan berhasil menarik lebih banyak penggemar dengan tampil konsisten sebagai seorang model untuk dua majalah fashion, LARME dan Ray, karena gayanya yang manis serta elegan.

Rikako Sasaki – ANGERME (Seventeen)
helloproject.wikia.com

Rikako Sasaki dari grup ANGERME membuat debut modelnya bersama dengan Pichi Lemon sebelum akhirnya diperkenalkan sebagai model majalah fashion Seventeen pada tahun 2016. Dengan wajah blasteran Jepang-Filipina, gadis berusia 16 tahun tersebut dikenal karena kecantikannya yang khas dalam berbagai ekspresi, tidak heran jika Ia menonjol baik itu sebagai idol maupun model.

(Featured Image : mdpr.jp)

The post Ini 5 Idol Cantik Yang Terjun Jadi Model Majalah Fashion Jepang appeared first on Japanese Station.

Keikutsertaan 48 Group Di Produce 48 Akan Menguntungkan Atau Hanya Mempermalukan Diri?

$
0
0
Keikutsertaan 48 Group Di Produce 48 Akan Menguntungkan Atau Hanya Mempermalukan Diri?

Keikutsertaan 48 Group di salah satu acara televisi milik Mnet, Produce 48 sempat tidak disetujui dan mendapat banyak kritikan dari publik Korea Selatan, terlebih ketika Sakura Miyawaki mendapat posisi center di penampilan perdana para trainee saat membawakan lagu Nekkoya (PICK ME). Mereka mengatakan jika para idol dari Jepang tidak layak mengambil keuntungan di Korea, tapi apakah acara hal ini akan menguntungkan bagi grup bentukan Yasushi Akimoto atau justru malah mempermalukan dirinya?

Idol Group dari kedua negara ini memiliki perbedaan dalam hal konsep, para anggota AKB48 maupun sister group lainnnya yang tersebar di seluruh Jepang tumbuh dan berkembang setelah bergabung dengan grup, maka tak heran jika mereka lebih banyak tampil lip sync saat membawakan lagu-lagunya. Lain halnya dengan para gadis-gadis dari grup K-pop, yang memang terlebih dahulu melalui proses trainee untuk waktu yang lama sebelum memulai debutnya.

Lee Chae Yeaon | produce48.mnet.com

Maka jika dilihat dari kualitas, baik vokal maupun dance yang jadi dua syarat utama dalam penilaian juri selain bakat dan rap, maka idol k-pop banyak yang jauh lebih unggul di atas mereka. Memang masih ada sosok seperti Miyu Takeuchi misalnya, yang terkenal memiliki suara merdu dan  jago bermain piano, tapi dalam hal menari, bisa jadi nasibnya justru sama seperti yang dialami oleh Kim Ju-Na di Produce 101 season pertama. Suara dan kemampuannya dalam bernanyai menuai banyak pujian, namun karena lemah dalam dance, ia justru dikritik habis-habisan oleh para juri dan pada akhirnya juga harus tersingkir.

 

Dalam urusan dance, Matsui Jurina maupun Aoi Motomura dari HKT48 memang tak perlu diragukan lagi, tapi mereka juga memiliki pesaing berat, salah satunya adalah Lee Chae Yeon dari WM Entertainment. Tahun 2013 silam, Chae Yeon pernah mengikuti ajang K-pop Star season 3, kala itu aksi menarinya mendapat acungan jempol. Kini hanya tinggal menunggu waktu, siapa diantara mereka yang mampu menampilkan kemampuan lebihnya di hadapan para juri.

Lalu bagaimana dengan Sakura Miyawaki atau anggota junior seperti Yabuki Nako, Tanaka Miku dan Aramaki Misaki, tentu mereka bukanlah lawan yang sepadan bagi salah satu anggota idol group sekelas After School, Lee Kaeun. Sakura memang dianugerahi paras yang dapat membuat siapapun jatuh cinta, ia juga memiliki basis penggemar yang sangat banyak, namun gadis asal Kagoshima tersebut sangat jarang menunjukan bakatnya dalam bernyanyi maupun menari selama kurang lebih 8 tahun bergabung dengan HKT48.

Sakura Miyawaki | produce48.mnet.com
Lee Ka-Eun | produce48.mnet.com

Sama halnya dengan tiga anggota junior-nya, aegyo atau kelakuan menggemaskan seperti anak kecil, yang memang populer di kalangan idol di Korea Selatan mungkin bisa jadi salah satu nilai tambah untuk mereka, tapi bukan itu yang akan dinilai oleh juri. Untungnya, 3 agensi besar asal Korea Selatan, JYP, WG dan SM Entertainment tidak ikut serta dalam program Mnet kali ini, jika tidak maka sudah pasti 48 Group akan dilibas habis oleh trainee dari ketiga agensi tersebut.

Ya, semoga saja kejadian seorang trainee asal Jepang, Risa Ariyoshi, yang penampilannya ditertawai oleh juri dan peserta Produce 101 season pertama lainnya tidak dialami oleh anggota AKB48 dan kawan-kawan. Tapi pihak 48 Group sendiri pastinya juga sudah mengantisipasi hal seperti ini, bukan tidak mungkin jika idol yang selama ini dikenal dengan image kawaii-nya tersebut justru akan menampilkan bakat mereka yang sesungguhnya yang belum pernah kita lihat sebelumnya. Jadi, kita tunggu saja aksi-aksi mereka di Produce 48, mulai tanggal 15 Juni mendatang.

The post Keikutsertaan 48 Group Di Produce 48 Akan Menguntungkan Atau Hanya Mempermalukan Diri? appeared first on Japanese Station.

Pantaskah Sakura Miyawaki Temani Miyu Takeuchi Dan Lee Chaeyeon Di Kelas A Produce 48?

$
0
0
Pantaskah Sakura Miyawaki Temani Miyu Takeuchi Dan Lee Chaeyeon Di Kelas A Produce 48?

Sakura Miyawaki dan Jurina Matsui, dua idol perwakilan 48 Group asal Jepang yang paling ditunggu-tunggu di acara survival Produce 48 akhirnya tampil perdana di episode kedua yang ditayangkan pada hari Jum’at, 22 Juni kemarin. Masing-masing dari mereka tampil solo dengan membawakan lagu berjudul Kuroi Tenshi dan Dear J milik idol group populer AKB48 di hadapan langsung para juri dan juga seluruh peserta pelatihan dari kedua negara.

Tak hanya penggemar, juri yang seluruhnya merupakan musisi Kores Selatan itu pun menyimpan harapan yang tinggi terhadap dua trainee ini karena mereka bahkan telah menerima banyak perhatian dari para penggemar sebelum Produce 48 ditayangkan. Angota SKE48, Jurina Matsui tampil terlebih dahulu dengan percaya diri membawakan lagu Dear J, namun sayangnya gadis cantik berusia 21 tahun tersebut hanya mampu masuk ke dalam kelas B.

Sementara itu, Sakura yang membawakan lagu Kuroi Tenshi dengan tarian sederhana justru bernasib lain, karena ia terpilih masuk dalam kelas A, menemani Miyu Takeuchi, satu-satunya idol perwakilan Jepang yang berhasil masuk ke dalam kelas terbaik tersebut. Bagi Miyu maupun para penggemar itu bukanlah satu hal yang terlalu mengejutkan, mengingat ia memang memiliki kualitas vokal di atas rata-rata para anggota AKB48, tapi apakah Sakura layak disejajarkan dengan Miyu dan masuk di Kelas A?

Jika dilihat dari kualitas vokal, dance, bakat dan juga rap, empat penilaian utama dalam Produce 48, maka penampilan perdana Sakura Miyawaki terbilang pas-pasan, tak sedikit netizen yang bahkan heran dan menyayangkan turunnya standar kualitas acara tersebut. Wajar saja hal ini membuat orang bertanya-tanya, pasalnya Kelas A sendiri saat ini diisi oleh para trainee berbakat seperti Miyu Takeuchi, Le Gaeun, Choi Ye Na, Kwon Eunbi, Lee Chaeyeon dan lain-lain, hingga banyak yang menyebut jika Sakura tak layak disejajarkan dengan mereka.

Di Jepang, Sakura memang jauh lebih populer ketimbang Miyu, namun dalam video latihan vokal Kelas A yang diunggah beberapa waktu lalu, kualitas kedua gadis tersebut terlihat berbanding terbalik dengan popularitas mereka. Juri sekaligus mentor Produce 48 terlihat memberi contoh cara Miyu menyanyikan lagu Nekkoya (Pick Me) kepada salah satu anggota HKT48 itu. Jika dibandingkan Miyu, yang notabene bukanlah anggota populer di AKB48 saja masih kalah, bagaiamana Sakura bisa bersaing dengan para trainee Korea di Kelas A lainnya yang menunjukan penampilan vokal dan dance luar biasa di episode perdana.

Semoga saja di episode mendatang, para juri dan mentor bisa lebih objektif lagi dalam menilai kemampuan para trainee agar istilah anggota kesayangan tidak muncul di season ketiga dari acara Produce 101 yang ditayangkan oleh salah satu stasiun televisi Korea Selatan, Mnet. Selain itu, supaya para anggota 48 Group juga bisa belajar untuk menunjukan kualitas vokal dan dance mereka saat tampil di atas panggung, bukan mengandalkan kesan imut seperti yang selama ini mereka perlihatkan kepada penggemar.

(Featured Image : produce48.mnet.com)

The post Pantaskah Sakura Miyawaki Temani Miyu Takeuchi Dan Lee Chaeyeon Di Kelas A Produce 48? appeared first on Japanese Station.

[REVIEW] SHISHAMO 5, Pembuktian Kematangan SHISHAMO

$
0
0
[REVIEW] SHISHAMO 5, Pembuktian Kematangan SHISHAMO

Setelah berulang kali mendengarkan SHISHAMO 4, penulis tidak yakin kalau SHISHAMO dapat menciptakan album yang lebih baik atau setidaknya sejajar dengan SHISHAMO 4 dalam waktu dekat, terutama setelah mendengarkan  beberapa single yang mereka rilis setelah album tersebut. SHISHAMO 4 yang diliris pada bulan Februari tahun 2017 ini dapat dibilang merupakan rilisan terbaik mereka. Album ini juga berisikan Ashita Mo, lagu mereka yang paling populer dan berhasil mengantarkan mereka untuk tampil pada salah satu acara TV paling bergengsi di Jepang, yaitu Kouhaku Uta Gassen tahun 2017.

1530177684737.jpg
SHISHAMO circa 2012, dengan Aya Matsumoto (tengah) (Image: beeast69.com)

Sebelum membahas mengenai album SHISHAMO 5, ada baiknya kita berkenalan dengan SHISHAMO terlebih dahulu. Perjalanan karir SHISHAMO sebenarnya cukup menarik, rasanya seperti manga atau dorama saja. SHISHAMO terbentuk pada awal tahun 2010 di sebuah SMA di Kawasaki, Kanagawa. 3 personil awal yaitu Asako Miyazaki (Gitar, Vokal), Aya Matsumoto (Bass), dan Misaki Yoshikawa (Drum) mengikuti Keion (light music) club di sekolah mereka, Kawasaki City High School for Science and Technology pada tahun pertama mereka. Asako yang merupakan penulis lagu utama merupakan teman kecil Aya Matsumoto, sedangkan Misaki baru berkenalan dengan mereka di sekolah tersebut. nama SHISHAMO diperoleh dari jenis ikan berukuran kecil di Jepang yang sering dijadikan makanan. Pada tahun 2011, mereka berhasil menjuarai kontes musik Teens Rock in Hitachinaka serta mendapatkan penghargaan vokalis terbaik. Pada bulan Januari tahun 2013, mereka merilis kompilasi lagu yang mereka rekam pada masa sekolah dalam album yang berjudul Sotsugyo Seisaku. Setelah lulus dari sekolah dan memutuskan untuk serius berkarir dalam dunia musik, mereka merilis album debut yang juga berjudul SHISHAMO pada bulan November tahun 2013. Pada bulan September tahun 2014, Aya Matsumoto yang berjanji untuk meninggalkan band ini setelah berumur 20 tahun mengundurkan diri dan posisinya digantikan oleh Aya Matsuoka.

1530177684853.jpg
Penampilan SHISHAMO di Miyauchi Elementary School (image: Twitter)

Cerita di atas saja sudah cukup membuat mereka menjadi menarik, namun untuk para pendengar baru mereka mungkin perlu dijelaskan bahwa SHISHAMO memiliki sesuatu yang unik dalam musik mereka, walaupun seringkali disajikan sederhana, emosi yang dihadirkan dalam setiap lagu mereka selalu tersajikan dengan baik. Penulis merasa, pendengar tidak perlu memahami secara detil setiap kata atau lirik yang dituliskan, namun lagu-lagu mereka temanya dapat disampaikan dengan baik. Sebagai contoh, lagu Kimi to Natsufes yang bercerita tentang kencan pada festival musik musim panas, atau lagu Ongaku-shitsu wa himitsu kichi yang bercerita tentang gadis yang sering mengunjungi ruangan musik di sekolah karena tidak memiliki teman. Memang, lagu-lagu mereka rasanya seperti soundtrack di kehidupan sekolah. Oleh karenanya, penggemar mereka kebanyakan adalah gadis yang masih duduk di bangku sekolah atau kuliah, bahkan tidak sedikit juga penggemar mereka yang masih duduk di sekolah dasar. SHISHAMO paham betul mengenai hal ini, dan mereka selalu mengemas diri mereka secara tepat, baik dalam hal penjualan merchandise, pembuatan videoklip, ataupun konsep konser mereka.

1530177684924.jpg
SHISHAMO (Image:spice.eplus.jp)

SHISHAMO 5 yang dirilis pada bulan Juni 2018 lalu menjadi pembuktian bahwa mereka sudah matang. Walaupun secara teknis lagu-lagu pada album ini kurang variatif seperti SHISHAMO 4, hal ini tidak membuat kualitasnya menurun. Awalnya memang penulis ragu setelah mendengarkan 3 single yang dirilis sebelumnya yaitu BYE BYE; Hora, Waratteru; dan Mizuiro no Hibi. Namun setelah mendengarkan album ini secara menyeluruh, penulis merasa bahwa album ini cukup berhasil, walaupun mungkin tidak melampaui SHISHAMO 4. Diawali dengan lagu Nee, pendengar langsung disuguhkan dengan SHISHAMO yang powerful namun tetap emosional. Apabila tidak diperhatikan, SHISHAMO 5 ini terdengar cukup ringan dan lagu-lagunya mirip, namun hal ini yang membuatnya berhasil karena dengan begini pendengar akan dengan mudah menikmati keseluruhan albumnya dan tidak merasa kalau sudah mendengarkan lagu terakhir pada album ini yaitu Watashi no Yoake. Penulis merasa lebih cepat menyelesaikan album ini daripada SHISHAMO 4, yang jumlah lagu dan menitnya lebih sedikit. SHISHAMO 5 sebenarnya disajikan dengan cukup hati-hati, pemilihan lagu, instrumen, bahkan lirik atau temanya dilakukan  dengan tidak main-main.

1530177685006.jpg
Penampilan SHISHAMO di Shimane Culture Hall (Image: Twitter)

Popularitas SHISHAMO juga membuat album SHISHAMO 5 ini memiliki banyak lagu tie-in. Lebih dari separuh lagu dalam album ini merupakan soundtrack atau theme song untuk bermacam jenis produk, baik iklan ataupun film. Hal ini tidak membuat kualitas lagu lainnya kalah bersaing. Seluruh lagu dalam album ini dapat dibilang memiliki kualitas yang sama, seperti halnya pada album SHISHAMO 4. Dengan album SHISHAMO 5 ini, mereka juga mencetak rekor baru posisi  tertinggi mereka di ORICON yaitu posisi ke 3. Sebelumnya, mereka hanya mampu mencapai posisi ke 7 dengan album SHISHAMO 3 yang dirilis pada bulan Maret tahun 2016.

1530177685063.jpg
SHISHAMO bersama klub sepakbola Kawasaki Frontale (Image: Kawasaki Frontale website)

Kesimpulannya, SHISHAMO 5 sangat direkomendasikan bagi penggemar lama maupun para pendengar baru. Dengan mendengarkan album ini, pendengar akan mendapatkan gambaran besar mengenai SHISHAMO. Lagu-lagu dalam album ini terdengar seperti lagu trademark mereka. SHISHAMO adalah sebuah grup yang hebat dan sangat konsisten. Di usia mereka yang masih terbilang muda, mereka sangat produktif. Hampir tiap tahun sejak debut mereka merilis album baru. Penulis merasa mereka sudah sejak awal memiliki banyak lagu yang bagus dan dirilis secara perlahan karena tidak banyak yang berubah sejak album debutnya, namun ini bukan hal buruk. Secara perlahan, perkembangan mereka cukup terasa dan cukup kuat.

SHISHAMO sudah pernah mengadakan konser dalam skala besar yang sukses sebelumnya di Nippon Budokan dan Osaka-jo Hall, berikutnya mereka akan menggelar konser SHISHAMO No Natsu Matsuri pada tanggal 28 Juli 2018 mendatang bertempat di kampung halaman mereka, Kawasaki Todoroki Stadium yang juga markas klub sepakbola Jepang ternama, Kawasaki Frontale. Apakah kalian tertarik untuk mengikuti SHISHAMO lebih jauh? Selamat mendengarkan rilisan mereka yang saat ini tersedia pada layanan streaming seperti Spotify dan Apple Music!.

Tracklist Album SHISHAMO 5:

1530177685118.jpg
(Image: Natalie)

[SHISHAMO 5]

  1. Nee, (CM song untuk produk Calpis Water)
  2. Doki Doki (CM song untuk produk Dynamic JTB)
  3. Egao no Omajinai (theme song untuk acara televisi Fuji TV, Mezamashi Doyoubi)
  4. Anata to Watashi no Aidagara
  5. Yume de Au
  6. Ano Ko no Shiro
  7. BYE BYE (CM song untuk produk Benesse, Shinkenzemi Junior High School Course)
  8. Dousoukai
  9. Hora, Waratteru (theme song untuk film Mix)
  10. Saboten (insert song untuk film Mix)
  11. Romanchikku ni Koi Shite (CM song untuk produk Sumitomo Mitsui Card Apple Pay)
  12. Mizuiro no Hibi (CM song untuk produk Calpis Water)
  13. Watashi no Yoake

Sources:

The post [REVIEW] SHISHAMO 5, Pembuktian Kematangan SHISHAMO appeared first on Japanese Station.

[REVIEW] Detective Conan Zero the Enforcer, Perlihatkan Satu Sisi Lain Tooru Amuro

$
0
0
(featured image: CB International Pictures Instagram)

Beberapa waktu lalu, Japanese Station berkesempatan menyaksikan special screening film anime Detective Conan Zero the Enforcer. Film anime yang tayang di Jepang pada musim semi tahun ini tersebut diboyong ke Indonesia oleh distributor film CB International Pictures melalui ODEX Private Limited, dan akan mulai tayang untuk umum pada 1 Agustus 2018 mendatang.

Kisah dalam film anime ini dimulai dari terjadinya ledakan di sebuah gedung di tepi laut yang sedianya akan digunakan sebagai lokasi untuk konferensi internasional yang akan dilakukan, dengan Jepang sebagai tuan rumahnya. Dalam video berita mengenai kejadian tersebut, Ai melihat sosok seseorang yang bekerja di restoran Poirot, yaitu Tooru Amuro alias Bourbon, berdiri di tengah jilatan api ledakan. Setelahnya, ternyata bukti-bukti yang ditemukan oleh Biro Keamanan Masyarakat di kepolisian Jepang menunjuk pada Kogoro Mouri sebagai dalang di balik peledakan gedung tersebut! Akankah Conan berhasil membersihkan nama Kogoro Mouri, dan apakah keterlibatan Amuro dalam kejadian ini? Saksikan sendiri dalam film ini, ya!

Image: CB International Pictures Facebook

Film anime yang berjudul asli Meitantei Conan Zero no Shikkounin ini merupakan judul keduapuluh dua dalam seri film anime Meitantei Conan. Berbeda dengan film sebelumnya, yaitu Detective Conan: Crimson Love Letter yang menghadirkan beberapa adegan dengan sentuhan tradisional, film anime terbaru ini menghadirkan suasana modern dan bergaya digital dalam beberapa adegannya, misalnya dalam pengenalan karakter maupun lokasi di dalamnya. Film anime ini juga menghadirkan lagu tema berjudul 零 -ZERO- yang dibawakan oleh Fukuyama Masaharu.

Menurut penulis, film anime ini tentunya wajib ditonton oleh para penggemar Meitantei Conan, terutama bagi penggemar tokoh Tooru Amuro. Dalam film anime ini, kalian akan dapat melihat salah satu dari tiga “wajah” pria muda yang memiliki memiliki nama alias Rei Furuya ini. (Fun fact: Tokoh Tooru Amuro/Rei Furuya ini diisisuarakan oleh seiyuu bernama Tooru Furuya).

Adegan favorit penulis dalam film anime yang juga menghadirkan Aya Ueto sebagai pengisi suara tamunya ini mungkin adalah adegan high-speed chase di dalamnya yang keren. Satu lagi hal yang menarik menurut penulis adalah bahwa di film anime ini, kita akan bisa sedikit belajar mengenai sistem kepolisian dan kejaksaan di Jepang!

Bagi kalian yang akan menyaksikan film anime ini, jangan lupa juga bahwa seperti biasa, masih akan ada adegan yang diperlihatkan setelah credit film ini, jadi jangan terburu-buru untuk meninggalkan bangku kalian ya! Salah satu after credit-nya bahkan (tampaknya) akan memberikan sedikit gambaran mengenai film anime berikutnya. Pada saat penulis menonton, seluruh bioskop bahkan riuh-rendah bertepuk tangan saat melihat adegan after credit ini.

Jadi, jangan lupa untuk menyaksikan film anime Meitantei Conan Zero the Enforcer yang akan tayang untuk umum di Indonesia mulai 1 Agustus 2018 mendatang!

(featured image: CB International Pictures Instagram)

The post [REVIEW] Detective Conan Zero the Enforcer, Perlihatkan Satu Sisi Lain Tooru Amuro appeared first on Japanese Station.

[REVIEW] Live-Action BLEACH, Terlalu Bagus Untuk Dicaci, Terlalu Biasa Untuk Disanjung

$
0
0
[REVIEW] Live-Action BLEACH, Terlalu Bagus Untuk Dicaci, Terlalu Biasa Untuk Disanjung

Film live-action BLEACH yang diangkat dari manga populer berjudul sama karya Kubo Tite sempat menghebohkan para penggemar manga dan anime, sejak pembuatannya diumumkan. Film tersebut, yang dirilis di Jepang pada 23 Juli lalu, akhirnya juga dapat dinikmati oleh penggemar di Indonesia, melalui layanan streaming berbayar Netflix, mulai 14 September lalu.

Film live-action ini mengisahkan kisah Agent of the Shinigami arc pada manga-nya, yang mengisahkan awal pertemuan Ichigo Kurosaki (Sota Fukushi) dengan Rukia Kuchiki (Hana Sugisaki). Ichigo, seorang pemuda SMA yang bisa melihat hantu dan memiliki kekuatan spiritual yang tinggi, terpaksa menggantikan Rukia menjadi seorang shinigami untuk mengalahkan hollow yang menculik adiknya.

Setelah kejadian tersebut, ternyata masalah yang dialami Ichigo belum selesai: Rukia ternyata tidak bisa pulang ke Soul Society karena kehilangan kekuatan shinigami-nya, dan Ichigo diharuskan berlatih dengannya untuk meningkatkan kekuatan shinigami-nya sendiri, agar bisa diambil kembali oleh Rukia. Selama beberapa waktu itu, keakraban si murid baru Rukia dan Ichigo menimbulkan tanda tanya bagi Orihime Inoue (Erina Mano) dan Yasutora Sado (Yu Koyanagi), dan bahkan menyebabkan Ichigo diintimidasi oleh Uryu Ishida (Ryo Ishizawa), teman sekelasnya yang ternyata adalah seorang Quincy.

Sementara itu, bahaya lain mengintai Ichigo karena ia diincar oleh sepasang Shinigami, Renji Abarai (Taichi Saotome) dan Byakuya Kuchiki (Miyavi) yang ingin membawa kembali Rukia ke Soul Society, juga hollow berbahaya bernama Grand Fisher, yang menyebabkan ibunya, Masaki (Masami Nagasawa) meninggal dunia. Bagaimana kelanjutan kisahnya? Simak sendiri ya!

Penulis sendiri sebenarnya termasuk ke dalam mereka yang skeptis, apakah live-action ini akan dapat menjawab keinginan para penggemarnya, dan pada saat menontonnya, memang terasa agak hambar bagi penulis, dan setelah menonton, hanya sedikit adegan yang membekas dari film ini. Beberapa nilai minus yang menurut penulis terlihat dalam film ini adalah sikap Renji Abarai yang petantang-petenteng ala preman yang menurut penulis, kurang mencerminkan Abarai versi manga dan anime, yang meski kasar dan (awalnya) terlihat jahat, namun masih memiliki aura keren. Selain itu, beberapa bagian CG yang masih terlihat canggung di beberapa adegan. Penampakan Soul Society yang diperlihatkan sekejap dengan aura gelap juga menurut penulis kurang representatif, karena dengan aura gelap seperti itu, sepintas malah terlihat seperti Hueco Mundo alih-alih Soul Society. Poin minus film ini yang paling fatal bagi penulis adalah ketiadaan karakter Kon, yang boleh dibilang adalah maskot serial Bleach yang seharusnya bisa menjadi comic relief yang lucu.

Meski demikian, film ini juga memiliki beberapa bagian yang menarik menurut penulis, misalnya title card-nya yang menggunakan banyak cuplikan video pendek, yang sedikit mengingatkan pada title card film Marvel; diperlihatkannya bagaimana pertarungan hollow dan shinigami serta dampaknya pada area sekelilingnya dilihat dari mata manusia normal yang tidak bisa melihat hollow dan shinigami, juga diperlihatkannya beberapa penjelasan mengenai dunia dalam kisah ini menggunakan gambar khas Rukia.

Terpilihnya Hana Sugisaki sebagai Rukia dengan model rambut yang sama sekali tidak mirip dengan Rukia versi manga maupun anime sempat menimbulkan pro-dan kontra, namun di beberapa adegan, ekspresi yang diperlihatkan Sugisaki cukup terlihat layaknya ekspresi yang akan dikeluarkan oleh tokoh tersebut, sehingga boleh jadi pemilihan Sugisaki sebagai Rukia bisa dijustifikasi. Pemilihan Miyavi sebagai Byakuya juga rasanya cukup cocok, dan membuat penulis bertanya-tanya sendiri, seandainya bukan Miyavi, kira-kira siapa yang akan cocok menjadi tokoh yang dikenal cool tersebut. Sementara itu, berperan sebagai tokoh utama dalam film ini, Sota Fukushi sendiri rasanya cukup baik dalam membawakan karakter Ichigo.

Salah satu adegan yang paling penulis sukai dari film ini juga melibatkan Rukia, di mana saat membantu Ichigo berlatih, Rukia duduk di atas ban yang ditarik oleh Ichigo sambal membaca manga, yang lalu jatuh karena Ichigo menarik terlalu kencang. Adegan ini menurut penulis terlihat alami, dan bahkan nyaris terlihat seperti ketidaksengajaan, menjadikannya adegan favorit penulis di film ini.

All-in-all, menurut penulis film ini termasuk live-action yang cukup layak ditonton baik oleh kalian yang bukan penggemar maupun yang penggemar Bleach jika kalian kebetulan berlangganan Netflix. Jadi, bagaimana pendapat kalian mengenai film live-action ini? Tulis di kolom komentar di bawah ya!

(All image: Live-Action Bleach Official Website)

The post [REVIEW] Live-Action BLEACH, Terlalu Bagus Untuk Dicaci, Terlalu Biasa Untuk Disanjung appeared first on Japanese Station.


Mengapa Saat Ini J-Pop Kalah Populer Dibanding K-Pop?

$
0
0
Mengapa Saat Ini J-Pop Kalah Populer Dibanding K-Pop

J-Pop (Jepang) dan K-pop (Korea Selatan) jadi dua aliran musik pop yang banyak disukai orang-orang dalam kurun waktu beberapa tahun belakangan ini, meskipun terkadang digolongkan ke dalam kategori yang sama, namun keduanya memiliki banyak perbadaan. Mulai dari teknik pemasaran, image, genre, hingga pengaruh musik, dan lain-lain, hal inilah yang juga mempengaruhi mengapa aliran musik asal Korea Selatan tersebut lebih populer di mancanegara ketimbang J-Pop, terutama idol group.

Album maupun single para musisi J-Pop sering kali dirilis dalam berbagai versi, ini dilakukan agar dapat menjual lebih banyak album dan single-nya. Terbukti, dengan teknik tersebut Jepang memang berhasil menjadi pasar musik terbesar kedua, tapi tampaknya hal itu justru membuat para penggemar di luar Jepang kesulitan, dan di zaman di mana penjualan album tidak sepopuler platform digital dan streaming, membuat menikmati musik pop Jepang jauh lebih rumit.

Sistar | allkpop

Meski tidak semua, namun sebagian besar lagu-lagu yang dirilis di Jepang juga cenderung dibatasi hanya untuk versi iTunes Jepang saja. Berbanding terbalik dengan bintang-bintang K-Pop yang justru menandatangani kesepakatan untuk medistribusikan karya mereka di dunia internasional dan tersedia secara luas di berbagai layanan streaming, seperti Apple Music, Spotify dan YouTube.

Banyak perusahaan agensi dan label J-Pop enggan mengadopsi metode ini, karena undang-undang hak cipta dan penyiaran yang dibatasi, serta fakta bahwa CD masih merupakan format utama untuk konsumsi musik di Jepang, menjadi alasan kurangnya akses J-Pop untuk penggemar internasional. Sementara itu, Korea Selatan memiliki keinginan besar untuk menyebarkan Hallyu atau Korean Wave di seluruh dunia, dan K-pop dapat melakukannya dengan cara tersebut.

Keyakizaka46 | Jpopasia.com

Mereka mengunggah video musik lengkap di situs berbagi video YouTube, berbeda dengan Jepang yang sangat melarang atau bahkan mengklaim hak cipta apa pun yang mirip dengan karya mereka. K-pop juga merilis beberapa versi album, terutama boy group dan girl group untuk mendongkrak penjualan fisik, maka setiap versinya dikemas dengan foto-foto muapun pun photocard yang berbeda-beda. Itulah mengapa meski sama-sama dibentuk di tahun tahun 2015, saat ini TWICE lebih populer ketimbang idol group Keyakizaka46, bahkan Jihyo dan kawan-kawan sukses memasuki pasar Jepang.

Grup wanita beranggotakan sembilan wanita cantik ini berhasil masuk ke dalam peringkat 10 besar daftar album Oricon mingguan setelah memulai debutnya di Jepang pada bulan Juni 2017 lalu. Album mereka bahkan mendapat sertifikat platinum dari RIAJ (Asosiasi Musik Jepang) dan debut single Jepang mereka yang diberi judul One More Time meroket ke posisi nomor satu di tangga lagu Oricon.

TWICE | Allkpop.com

Kalangan remaja asal negeri sakura belakangan ini mulai banyak menyukai budaya Korea, dengan adanya hashtag #IWantToBeKorean di Jepang yang muncul lebih dari 7.000 kali di jejaring sosial Instagram. Menanggapi hal itu, situs berita J-cast menegaskan bahwa budaya pop Korea Selatan mulai masuk negara ini sejak 15 tahun lalu saat drama Winter Sonata tayang, dan girl group serta boy group seperti Girls Generation, KARA, dan TVXQ ikut membantu menyebarkan genre musik K-pop yang akhirnya banyak disukai oleh para remaja.

K-pop, K-drama dan hiburan – hiburan lainnya dari Korea Selatan mendapat peran untuk menyebarkan kultur mereka. Jepang sendiri sudah menyebar dan mengenalkan budayanya di dunia, melalui anime seperti Pokemon, Yu Gi Oh, Dragon Ball Z, Naruto, film-film garapan Studio Ghibi, dan masih banyak lagi. Setelah anime mulai dikenal di dunia, orang-orang pun mulai menyukai J-pop, yang menjadi semakin populer di akhir 1990-an hingga awal 2000-an.

Namun, pada pertengahan 2000-an penggemar musik mancanegara mulai beralih ke K-pop, dan hingga saat ini, banyak grup K-pop memulai debutnya di luar Korea Selatan dan disukai oleh orang asing. Kembali lagi, tak dapat dipungkiri, popularitas global K-pop bisa jadi karena faktor YouTube yang dapat diakses dengan mudah oleh orang-orang di seluruh dunia.

Jadi, tak salah jika J-Pop disebut jago kandang, meski begitu baik J-Pop maupun K-pop tetap memiliki ciri khas masing-masing. Image kawaii atau imut tetapi tetap seksi masih menjadi daya tarik di Jepang dan disukai oleh sebagian penggemar musik mancanegara. Seperti halnya idol group AKB48, Babymetal, dan penyanyi solo Kyary Pamyu Pamyu, mereka semua berbeda secara musik dan konsep, tetapi sama-sama tetap mempertahankan image kawaii-nya.

 

(Featured Image : 1, 2)

The post Mengapa Saat Ini J-Pop Kalah Populer Dibanding K-Pop? appeared first on Japanese Station.

Ini Lagu-Lagu Bertema Musim Semi Yang Pernah Dirilis Oleh AKB48

$
0
0
Ini Lagu-Lagu Bertema Musim Semi Yang Pernah Dirilis Oleh AKB48

Bagi para penggemar musik Jepang, mendengar nama idol group AKB48 pastinya sudah bukan hal asing lagi. Grup yang berisikan gadis-gadis muda ini diproduseri oleh Yasushi Akimoto, dan telah berusia lebih dari satu dekade sejak pada tahun 2005 silam. Namun jika kalian cermati dengan seksama, ada dua hal yang paling mencolok dari single AKB48, mereka kerap merilis lagu bertema musim semi yang biasanya bercerita kelulusan atau bunga sakura dan juga merilis single bertema musim panas (summer) untuk menyambut musim panas di Jepang.

Jika sebelumnya Japanese Station telah merangkum deretan lagu bertema musim panas, maka kali ini kami juga akan merangkum daftar single AKB48 yang bertema musim semi. Single yang biasa dibuat oleh AKB48 untuk menyambut musim semi biasanya dirilis pada bulan Februari atau Maret dengan menampilkan aksi para gadis mengenakan seragam sekolah atau pun menampilkan keindahan bunga sakura. Ya, kedua hal ini memang tak bisa dilepaskan dari musim semi, bunga sakura biasanya bermekaran sekitar akhir Maret sampai awal April, di mana waktu tersebut bertepatan dengan upacara kelulusan dan masuk sekolah di seluruh Jepang.

Berikut ini adalah deretan single atau lagu AKB48 bertema musim semi dari masa ke masa.

Sakura no Hanabiratachi
stage48.net
10 Nen Zakura
stage48.net
Sakura no Shiori
stage48.net
Sakura no Ki ni Narou
stage48.net
Give me Five
Give Me Five
So Long
stage48.net
Mae Shika Mukanee

Sayangnya, kebiasaan AKB48 merilis single bertema musim semi pun berakhir pada tahun 2014 silam, sejak tahun 2015 single yang dirilis pada bulan bulan Februari atau Maret merupakan single pada umumnya, tak terkesan menggambarkan musim semi ataupun keindahan bunga sakura.

The post Ini Lagu-Lagu Bertema Musim Semi Yang Pernah Dirilis Oleh AKB48 appeared first on Japanese Station.

Ini Dia Persamaan Dan Perbedaan Wota Dan Fans K-Pop Di Indonesia

$
0
0
Ini Persamaan Dan Perberdaan Wota Dan Fans K-Pop Di Indonesia

Belakangan ini, dua fandom besar di Indonesia, Wota dan Fans K-Pop kembali kerap berselisih paham di dunia maya, kemunculan girl group TWICE yang sukses di Jepang, hingga salah seorang anggota AKB48 yang menyinggung masyarakat negeri gingseng menjadi beberapa faktor penyebabnya. Wota sendiri merupakan istilah yang dipakai untuk menyebut para penggemar dari idol group asal negeri sakura, sementara istilah fans K-pop sendiri dipakai untuk orang-orang yang menyukai musik pop dari Korea Selatan.

Keduanya dikenal memiliki basis penggemar yang sangat besar di Indonesia, dan dicap sebagai penggemar yang sangat fanatik. Namun, mereka juga memiliki perbedaan dan persamaan yang terlihat menonjol di antara wota dan fans k-pop.

1. Mayoritas Wota Itu Cowok, Fans K-Pop Justru Sebaliknya

Wota sendiri didominasi oleh para pria, karena di negara asalnya Jepang, idol group wanita memang lebih populer di Indonesia, seperti 48Group, Sakamichi Series hingga Hello! Project dan lain-lain, ketimbang grup pria dari Johnny’s Etertainment. Sebaliknya, meskipun banyak girl group maupun boy group kenamaan asal Korea yang populer di Indonesia, namun hanya wanita lah yang berani muncul dan mengakui dirinya seorang penggemar, sementara para Fans K-Pop pria lebih memilih tidak menunjukan batang hidungnya.

2. Wota Menyebut Idol Favoritnya Sebagai Oshimen, Sedangkan Fans K-Pop, Bias

Kedua istilah ini sudah santer terdengar, yang membedakannya adalah, wota menyebut idolanya degan sebutan oshimen, yang sebenarnya memiliki arti sama dengan bias, yang biasa disebut oleh para fans K-Pop untuk menyebut anggota favoritnya.

3. Fans K-Pop Lebih Susah Diatur
Koreaboo.com

Percaya atau tidak, meski didominasi oleh para wanita, para penggemar K-Pop di Indonesia terkenal lebih beringas dan susah diatur. Insiden yang terjadi belum lama menimpa Taeyeon dan Hyoyeon di bandara Soekarno Hatta menjadi soroton dunia Internasional. Kudua anggota grup SNSD ini mendapatkan peperlakuan yang kurang mengenakan ketika baru mendarat di Jakarta. Hal ini berbeda dengan saat Indonesia kedatangan idol group sekelas AKB48, wota yang hadir di bandara justru terlihat lebih tertib dan bisa di atur dengan berbagai poster yang bersisi kata-kata sambutan.

4. Kalau Ketemu Idolanya, Wota Akan Sok Jual Mahal
Foto Pribadi

Wota memang dikenal sebagai penggemar yang fanatatik, mereka akan mendukung idolanya habis-habisann ketika tampil di atas panggung, namun lain halnya jika mereka bertemu di jalan. Mereka justru lebih memilih untuk pura-pura tidak kenal atau paling tidak hanya memberikan senyuman, berbeda dengan para fans K-Pop bukan?

5. Mereka Tidak Akur Di Dunia Maya
Yuki Kashiwagi’s Twitter

Fanwar yang diantara kedua basis penggemar ini sudah sering kali terjadi, saling ejek-mengejek jadi faktor utama mengapa keduanya tidak pernah akur di dunia maya. Meski begitu mereka juga punya beberapa kesamaan loh! Persamaannya apa saja? Yuk lihat di halaman selanjutnya!

The post Ini Dia Persamaan Dan Perbedaan Wota Dan Fans K-Pop Di Indonesia appeared first on Japanese Station.

[REVIEW] Live-Action BLEACH, Terlalu Bagus Untuk Dicaci, Terlalu Biasa Untuk Disanjung

$
0
0
[REVIEW] Live-Action BLEACH, Terlalu Bagus Untuk Dicaci, Terlalu Biasa Untuk Disanjung

Film live-action BLEACH yang diangkat dari manga populer berjudul sama karya Kubo Tite sempat menghebohkan para penggemar manga dan anime, sejak pembuatannya diumumkan. Film tersebut, yang dirilis di Jepang pada 23 Juli lalu, akhirnya juga dapat dinikmati oleh penggemar di Indonesia, melalui layanan streaming berbayar Netflix, mulai 14 September lalu.

Film live-action ini mengisahkan kisah Agent of the Shinigami arc pada manga-nya, yang mengisahkan awal pertemuan Ichigo Kurosaki (Sota Fukushi) dengan Rukia Kuchiki (Hana Sugisaki). Ichigo, seorang pemuda SMA yang bisa melihat hantu dan memiliki kekuatan spiritual yang tinggi, terpaksa menggantikan Rukia menjadi seorang shinigami untuk mengalahkan hollow yang menculik adiknya.

Setelah kejadian tersebut, ternyata masalah yang dialami Ichigo belum selesai: Rukia ternyata tidak bisa pulang ke Soul Society karena kehilangan kekuatan shinigami-nya, dan Ichigo diharuskan berlatih dengannya untuk meningkatkan kekuatan shinigami-nya sendiri, agar bisa diambil kembali oleh Rukia. Selama beberapa waktu itu, keakraban si murid baru Rukia dan Ichigo menimbulkan tanda tanya bagi Orihime Inoue (Erina Mano) dan Yasutora Sado (Yu Koyanagi), dan bahkan menyebabkan Ichigo diintimidasi oleh Uryu Ishida (Ryo Ishizawa), teman sekelasnya yang ternyata adalah seorang Quincy.

Sementara itu, bahaya lain mengintai Ichigo karena ia diincar oleh sepasang Shinigami, Renji Abarai (Taichi Saotome) dan Byakuya Kuchiki (Miyavi) yang ingin membawa kembali Rukia ke Soul Society, juga hollow berbahaya bernama Grand Fisher, yang menyebabkan ibunya, Masaki (Masami Nagasawa) meninggal dunia. Bagaimana kelanjutan kisahnya? Simak sendiri ya!

Penulis sendiri sebenarnya termasuk ke dalam mereka yang skeptis, apakah live-action ini akan dapat menjawab keinginan para penggemarnya, dan pada saat menontonnya, memang terasa agak hambar bagi penulis, dan setelah menonton, hanya sedikit adegan yang membekas dari film ini. Beberapa nilai minus yang menurut penulis terlihat dalam film ini adalah sikap Renji Abarai yang petantang-petenteng ala preman yang menurut penulis, kurang mencerminkan Abarai versi manga dan anime, yang meski kasar dan (awalnya) terlihat jahat, namun masih memiliki aura keren. Selain itu, beberapa bagian CG yang masih terlihat canggung di beberapa adegan. Penampakan Soul Society yang diperlihatkan sekejap dengan aura gelap juga menurut penulis kurang representatif, karena dengan aura gelap seperti itu, sepintas malah terlihat seperti Hueco Mundo alih-alih Soul Society. Poin minus film ini yang paling fatal bagi penulis adalah ketiadaan karakter Kon, yang boleh dibilang adalah maskot serial Bleach yang seharusnya bisa menjadi comic relief yang lucu.

Meski demikian, film ini juga memiliki beberapa bagian yang menarik menurut penulis, misalnya title card-nya yang menggunakan banyak cuplikan video pendek, yang sedikit mengingatkan pada title card film Marvel; diperlihatkannya bagaimana pertarungan hollow dan shinigami serta dampaknya pada area sekelilingnya dilihat dari mata manusia normal yang tidak bisa melihat hollow dan shinigami, juga diperlihatkannya beberapa penjelasan mengenai dunia dalam kisah ini menggunakan gambar khas Rukia.

Terpilihnya Hana Sugisaki sebagai Rukia dengan model rambut yang sama sekali tidak mirip dengan Rukia versi manga maupun anime sempat menimbulkan pro-dan kontra, namun di beberapa adegan, ekspresi yang diperlihatkan Sugisaki cukup terlihat layaknya ekspresi yang akan dikeluarkan oleh tokoh tersebut, sehingga boleh jadi pemilihan Sugisaki sebagai Rukia bisa dijustifikasi. Pemilihan Miyavi sebagai Byakuya juga rasanya cukup cocok, dan membuat penulis bertanya-tanya sendiri, seandainya bukan Miyavi, kira-kira siapa yang akan cocok menjadi tokoh yang dikenal cool tersebut. Sementara itu, berperan sebagai tokoh utama dalam film ini, Sota Fukushi sendiri rasanya cukup baik dalam membawakan karakter Ichigo.

Salah satu adegan yang paling penulis sukai dari film ini juga melibatkan Rukia, di mana saat membantu Ichigo berlatih, Rukia duduk di atas ban yang ditarik oleh Ichigo sambal membaca manga, yang lalu jatuh karena Ichigo menarik terlalu kencang. Adegan ini menurut penulis terlihat alami, dan bahkan nyaris terlihat seperti ketidaksengajaan, menjadikannya adegan favorit penulis di film ini.

All-in-all, menurut penulis film ini termasuk live-action yang cukup layak ditonton baik oleh kalian yang bukan penggemar maupun yang penggemar Bleach jika kalian kebetulan berlangganan Netflix. Jadi, bagaimana pendapat kalian mengenai film live-action ini? Tulis di kolom komentar di bawah ya!

(All image: Live-Action Bleach Official Website)

The post [REVIEW] Live-Action BLEACH, Terlalu Bagus Untuk Dicaci, Terlalu Biasa Untuk Disanjung appeared first on Japanese Station.

Mengapa Saat Ini J-Pop Kalah Populer Dibanding K-Pop?

$
0
0
Mengapa Saat Ini J-Pop Kalah Populer Dibanding K-Pop

J-Pop (Jepang) dan K-pop (Korea Selatan) jadi dua aliran musik pop yang banyak disukai orang-orang dalam kurun waktu beberapa tahun belakangan ini, meskipun terkadang digolongkan ke dalam kategori yang sama, namun keduanya memiliki banyak perbadaan. Mulai dari teknik pemasaran, image, genre, hingga pengaruh musik, dan lain-lain, hal inilah yang juga mempengaruhi mengapa aliran musik asal Korea Selatan tersebut lebih populer di mancanegara ketimbang J-Pop, terutama idol group.

Album maupun single para musisi J-Pop sering kali dirilis dalam berbagai versi, ini dilakukan agar dapat menjual lebih banyak album dan single-nya. Terbukti, dengan teknik tersebut Jepang memang berhasil menjadi pasar musik terbesar kedua, tapi tampaknya hal itu justru membuat para penggemar di luar Jepang kesulitan, dan di zaman di mana penjualan album tidak sepopuler platform digital dan streaming, membuat menikmati musik pop Jepang jauh lebih rumit.

Sistar | allkpop

Meski tidak semua, namun sebagian besar lagu-lagu yang dirilis di Jepang juga cenderung dibatasi hanya untuk versi iTunes Jepang saja. Berbanding terbalik dengan bintang-bintang K-Pop yang justru menandatangani kesepakatan untuk medistribusikan karya mereka di dunia internasional dan tersedia secara luas di berbagai layanan streaming, seperti Apple Music, Spotify dan YouTube.

Banyak perusahaan agensi dan label J-Pop enggan mengadopsi metode ini, karena undang-undang hak cipta dan penyiaran yang dibatasi, serta fakta bahwa CD masih merupakan format utama untuk konsumsi musik di Jepang, menjadi alasan kurangnya akses J-Pop untuk penggemar internasional. Sementara itu, Korea Selatan memiliki keinginan besar untuk menyebarkan Hallyu atau Korean Wave di seluruh dunia, dan K-pop dapat melakukannya dengan cara tersebut.

Keyakizaka46 | Jpopasia.com

Mereka mengunggah video musik lengkap di situs berbagi video YouTube, berbeda dengan Jepang yang sangat melarang atau bahkan mengklaim hak cipta apa pun yang mirip dengan karya mereka. K-pop juga merilis beberapa versi album, terutama boy group dan girl group untuk mendongkrak penjualan fisik, maka setiap versinya dikemas dengan foto-foto muapun pun photocard yang berbeda-beda. Itulah mengapa meski sama-sama dibentuk di tahun tahun 2015, saat ini TWICE lebih populer ketimbang idol group Keyakizaka46, bahkan Jihyo dan kawan-kawan sukses memasuki pasar Jepang.

Grup wanita beranggotakan sembilan wanita cantik ini berhasil masuk ke dalam peringkat 10 besar daftar album Oricon mingguan setelah memulai debutnya di Jepang pada bulan Juni 2017 lalu. Album mereka bahkan mendapat sertifikat platinum dari RIAJ (Asosiasi Musik Jepang) dan debut single Jepang mereka yang diberi judul One More Time meroket ke posisi nomor satu di tangga lagu Oricon.

TWICE | Allkpop.com

Kalangan remaja asal negeri sakura belakangan ini mulai banyak menyukai budaya Korea, dengan adanya hashtag #IWantToBeKorean di Jepang yang muncul lebih dari 7.000 kali di jejaring sosial Instagram. Menanggapi hal itu, situs berita J-cast menegaskan bahwa budaya pop Korea Selatan mulai masuk negara ini sejak 15 tahun lalu saat drama Winter Sonata tayang, dan girl group serta boy group seperti Girls Generation, KARA, dan TVXQ ikut membantu menyebarkan genre musik K-pop yang akhirnya banyak disukai oleh para remaja.

K-pop, K-drama dan hiburan – hiburan lainnya dari Korea Selatan mendapat peran untuk menyebarkan kultur mereka. Jepang sendiri sudah menyebar dan mengenalkan budayanya di dunia, melalui anime seperti Pokemon, Yu Gi Oh, Dragon Ball Z, Naruto, film-film garapan Studio Ghibi, dan masih banyak lagi. Setelah anime mulai dikenal di dunia, orang-orang pun mulai menyukai J-pop, yang menjadi semakin populer di akhir 1990-an hingga awal 2000-an.

Namun, pada pertengahan 2000-an penggemar musik mancanegara mulai beralih ke K-pop, dan hingga saat ini, banyak grup K-pop memulai debutnya di luar Korea Selatan dan disukai oleh orang asing. Kembali lagi, tak dapat dipungkiri, popularitas global K-pop bisa jadi karena faktor YouTube yang dapat diakses dengan mudah oleh orang-orang di seluruh dunia.

Jadi, tak salah jika J-Pop disebut jago kandang, meski begitu baik J-Pop maupun K-pop tetap memiliki ciri khas masing-masing. Image kawaii atau imut tetapi tetap seksi masih menjadi daya tarik di Jepang dan disukai oleh sebagian penggemar musik mancanegara. Seperti halnya idol group AKB48, Babymetal, dan penyanyi solo Kyary Pamyu Pamyu, mereka semua berbeda secara musik dan konsep, tetapi sama-sama tetap mempertahankan image kawaii-nya.

 

(Featured Image : 1, 2)

The post Mengapa Saat Ini J-Pop Kalah Populer Dibanding K-Pop? appeared first on Japanese Station.

Viewing all 41 articles
Browse latest View live